MENAPAK TILAS KETELADANAN NABI IBRAHIM AS
Ustadz Samson Rahman
الله أكبر3 لااله الاالله والله أكب
الحمدلله المحمودِ بكل لسان ، الله أكبر تعظيماً لربنا الرحيم الرحمن ، وأشهد ألا إله إلا الله شهادةً تُنجي صاحبها من النيران ، وأشهد أن سيدنا ونبيَّنا محم داً صلى الله عليه وسلم أفضلُ البشر وأعظمُ إنسان ، صلى الله عليه وعلى آله وصحبه ، وهم الذين اجتمعوا وما افترقوا ، وتحابوا فلم يتباغضوا ، ولم يشهد العالم مثل جمعهم الكريم في سائر الأزمان .
الله أكبر ، الله أكبر ، لا إله إلا الله ، والله أكبر ، الله أكبر ، ولله الحمد
الله أكبر على نعمه وآلائه ، والله أكبر تعظيماً لربنا وتكبيراً له في عليائه
والله أكبر ، الله أكبر ، الله أكبر كبيراً
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Shalat Iedul Adha Rahimakumullah
Hari ini kumandang ritmik takbir, tahmid, tasbih dan tahlil menggema membelah angkasa, menghiasi jagad raya. Hari ini gema takbir membahana menembus petala langit dan bumi, disimak para malaikat dan menggetarkan musuh-musuh agama ini.
Hari ini lebih dari satu koma enam milyar kaum muslimin menyatakan rasa gembira dan syukur karena Allah menjadikannya sebagai ummat terbaik di tengah manusia lainnya.
Mereka munajat dengan lezatnya dzikir, berdoa dengan cita rasa surgawi yang nikmat melalui kalimat-kalimat thayyibah yang merasuk dalam jiwa.
Karunia Allah yang besar yang diterima selama ini kini mereka syukuri dengan suka cita melalui kurban yang mereka lakukan.
Nama Allah bergema di seluruh pelosok negeri, dari negeri terkaya sampai termiskin, dari mulut penguasa sampai rakyat jelata, dari jutawan hingga pengemis. Semua merasakan satu rasa bahwa mereka demikian rendah di sisi Yang Mahatinggi, demikian hina di sisi Sang d fb dbfsMahamulia, demikian lemah di sisi Sang Mahakuat, demikian tak berdaya di sisi Sang Mahadigdaya.
Hari ini jiwa kaum muslimin bertabur ketawadhuan, berhiaskan syukur, menyemburatkan kearifan.
Ada getaran kuat qalbu kaum mukminin karena rasa takut kepada Allah, ada cinta yang meluap kepada-Nya, ada ridha yang melintas dalam sanubarinya ada raja’ dan khauf yang bersarang di dalam jiwa menunggu perjumpaan dengan Khaliq, Sang Pencipta.
Selama hari tasyriq, alunan kalimat thayyibah itu pun masih akan terus bergema ritmis. Pada saat yang sama di tanah Haram, jutaan umat Islam dari berbagai belahan dunia berkumpul memenuhi panggilan Allah, bersama-sama menunaikan ibadah haji dengan rangkaian manasiknya. Mereka berbaur menjadi satu tanpa dibatasi sekat nasionalisme, ras, warna kulit dan aliran. Mereka luruh dalam munajat tenggelam dalam doa-doa. Islam telah menyatukan mereka.
Allahu Akbar 3x Walillahi ilham
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah, Jamaah Iedul Adha yang berbahagia
Di pagi penuh berkah ini mari kita tolehkan mata sejarah kita untuk mengenang jejak langkah penuh pesona Nabi Ibrahim yang mulia, suri tauladan bagi kita semua. Sosok Nabi yang berkarakter sempurna dalam menorehkan sejarah hidupnya. Ibrahim yang menjadi ‘ummat’ dalam kesendiriannya, yang menjadi figur bagi generasi setelahnya. Keagungan pribadinya membuat kita bahkan Nabi Muhammad Saw harus mampu mengambil keteladanan darinya, Allah Swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia (QS Al-Mumtahanah:4)
Kenangan kita akan peristiwa hari raya Iedul Qurban, mentautkan kembali dimensi sejarah, tanggung jawab sosial kekinian serta masa depan keummatan. Peristiwa Iedul Adha menyegarkan kembali kepada ummat kisah melodramatis yang terjadi antara nabi Ibrahim dan Ismail AS, serta kisah yang disunnahkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Nabi Ibrahim dan nabi Ismail AS dengan hadirnya peristiwa berkorban itu.
Peristiwa agung penyembelihan Ismail memberikan pelajaran sangat dalam dan bermakna kepada ummat ini akan betapa pentingnya pengorbanan tulus ummat ini untuk penegakan nilai-nilai agama yang bisa hadir nyata dalam realitas, dan menancap kuat di tengah masyarakat. Bagi kita ummat Islam, apapun yang ada pada diri kita, kita rela kurbankan asal untuk kepentingan agama, sebagaimana yang diteladankan Nabi Ibrahim As. Kita komitmen untuk konsisten dalam jalan Allah yang lurus.
Sejarah kita saat ini sangat membutuhkan kesinambungan sejarah pengorbanan, reaktualisasi pengorbanan itu sendiri serta keberlanjutan dari hadirnya faktor sukses akibat dari dilanjutkannya tradisi berqurban secara ikhlas dan benar.
Allahu Akbar 3x
Jamaah sholat Iedul Adha yang rahimakullah,
Sejarah ummat ini membutuhkan hadirnya kembali penyegaran-penyegaran tentang prinsip ketulusan, kepedulian yang perlu dilakukan secara nyata dan benar seperti yang pernah dicontohkan oleh nabi Ibrahim, Ismail dan Muhammad SAW itu. Prinsip yang saat ini banyak memudar, dan bahkan hampir sirna ditelan kepentingan dunia. Pengorbanan kita akan bermakna jika dia lahir dari sikap takwa kita. Al-Quran menjelaskan hal ini di dalam surat Al-hajj ayat 37 :
“ Sekali-kali Allah tidak akan menerima daging maupun darah dari hewan qurban, tetapi yang diterima oleh Allah adalah sikap takwa yang menyemangati berqurban itu, demikianlah Allah telah menciptakan hewan-hewan qurban itu agar kalian selalu dapat mengagungkan Allah SWT dan mensyukuri hidayahNya kepada kalian semua, dan berilah kabar gembira bagi orang-orang yang berbuat ihsan”.
Dari dimensi ini maka merealisasikan berqurban adalah upaya untuk selalu memungkinkan hadirnya kembali sifat taqwa .
Berqurban perlu dipertajam maknanya dan sekaligus diperluas realisasinya. Sebab dalam berqurban selain ada makna pengorbanan dengan menyembelih hewan qurban atau pengorbanan dalam bentuk pengeluaran infaq dan shodaqoh untuk membeli hewan qurban dan menyerahkan sepenuhnya kepada Allah SWT, yang selalu mengandung dimensi keikhlasan dan keihsanan, suatu capaian tangga yang tertinggi dalam keislaman melalui taqarrub kepada Allah SWT, ia juga bermakna hadirnya kedekatan kepada sesama ummat manusia, karena dengan hadirnya hari raya Iedul Qurban ini tersegarkanlah kembali jalinan silaturahim dengan hadir dalam majelis-majelis sholat Iedul Adha.
الله أكبر الله أكبر الله أكبر ولله الحمد
Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah
Negeri ini membutuhkan manusia-manusia yang bersemangat untuk menapak tilas keteladanan Ibrahim agar bangsa yang setengah ‘merana’ ini kembali berjaya menjadi sebuah negeri makmur, aman dan sentosa sebagaimana yang pernah Ibrahim panjatkan doa kepada Allah :
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا بَلَدًا ءَامِنًا وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ ءَامَنَ مِنْهُمْ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ قَالَ وَمَنْ كَفَرَ فَأُمَتِّعُهُ قَلِيلًا ثُمَّ أَضْطَرُّهُ إِلَى عَذَابِ النَّارِ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berdo`a: Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini negeri yang aman sentosa, dan berikanlah rezki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kemudian. Allah berfirman: "Dan kepada orang yang kafirpun Aku beri kesenangan sementara, kemudian Aku paksa ia menjalani siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali". (QS, al-Baqarah: 126)
Sesungguhnya apa yang dipancangkan oleh Nabi Ibrahim itu adalah sebuah momentum sejarah yang menentukan perjalanan hidup manusia sampai sekarang ini. Ia menghendaki sebuah masyarakat ideal yang bersih; yang merupakan refleksi otentik interaksinya dengan sistem kepercayaan, nilai-nilai luhur, dan tata aturan (syariat) yang telah menjadi dasar kehidupan bersama. Sebab idealisme dan dan kebersihan sebuah masyarakat hanya mungkin terjadi jika terdapat kesesuaian antara realitas aktual dengan keyakinan (aqidah), nilai-nilai luhur (akhlaq), dan tata aturan (syariat) yang diyakini.
Yang karenanya akan terbangun kehidupan yang seimbang dan tenteram; stabil dan kokoh dan produktifitasnya laksana kebun yang pohon-pohonnya rindang yang akar-akarnya kokoh menghunjam ke bumi, tertata dan terawat, sedap dipandang, dan buah (kemanfaatan)-nya tidak mengenal musim, serta sekaligus menjadi tempat persemaian generasi mendatang.
Sistem kepercayaan, nilai-nilai, dan tata kehidupan yang telah dipancangkan oleh Nabi Ibrahim itulah yang terbukti melahirkan cita-cita ketenteraman dan kemakmuran hidup manusia. Itulah agama Nabi Ibrahim, agama Islam yang tulus dan jelas. Tidak ada yang membencinya kecuali orang yang menzhalimi, memperbodoh, dan merendahkan diri sendiri.
Ibrahim adalah suri tauladan abadi. Ketundukannya kepada sistem kepercayaan, nilai-nilai dan tata aturan ilahiah selalu menjadi contoh yang hidup sepanjang masa. Dia telah mengabadikan dirinya tatkala dia dengan sadar melakukan kebaikan dan kebajikan yang terus berbuah dan bisa dipetik buah ranumnya oleh manusia setelahnya.
Kita perlu menghadirkan tauladan itu dalam diri kita semua, agar iman kita menjadi kokoh, agar mental kita menjadi ajeg, agar hati kita menjadi jernih, dan pikiran kita menjadi lebih tertata rapi. Sebab suatu saat nanti manusia akan mengalami guncangan besar karena kehilangan sosok teladan dalam kehidupan kita sehari-hari…
Rasulullah SAW 14 abad lebih yang lalu memberikan isyarat tentang situasi yang akan menimpa sebuah bangsa yang tidak konsisten menjalan tata aturan agama. Mereka akan dilanda berbagai krisis (sosial, politik, ekonomi, moral, dan budaya) yang berkepanjangan.
إذا اقترب الزمان كثر لبس الطيالسة وكثرت التجارة وكثر المال وعظم رب المال وكثرت الفاحشة وكانت إمرة الصبيان وكثر النساء وجار السلطان وطفف في المكيال والميزان يربي الرجل جرو كلب خير له من أن يربي ولداً ولا يوقر كبير ولا يرحم صغير ويكثر أولاد الزنا حتى إن الرجل ليغشى المرأة على قارعة الطريق فيقول أمثلهم في ذلك الزمان: لو اعتزلتم عن الطريق، يلبسون جلود الضأن على قلوب الذئاب أمثلهم في ذلك الزمان المداهن".( الطبراني)
“Apabila akhir zaman semakin dekat maka banyak orang yang berpakaian jubah, dominasi perdagangan, harta kekayaan melimpah, para pemilik modal diagungkan, kemesuman merajalela, kanak-kanak dijadikan pemimpin, dominasi perempuan, kelaliman penguasa, manipulasi takaran dan timbangan, orang lebih suka memelihara anjing piaraannya daripada anaknya sendiri, tidak menghormati orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang kecil, membiaknya anak-anak zina, sampai-sampai orang bisa menyetubuhi perempuan di tengah jalan, maka orang yang paling baik di zaman itu hanya bisa mengatakan: tolonglah kalian menyingkri dari jalan, mereka berpakaian kulit domba tetapi berhati serigala, orang paling ideal di zaman itu adalah para penjilat.” (HR, Thabrani)
Fenomena sosial yang dikhawatirkan Rasulullah SAW tersebut pada kenyataannya telah bermunculan dan hadir nyata di di tengah-tengah bangsa yang sedang dirundung krisis multi dimensi ini. Kita dapat menyaksikan lahirnya manusia-manusia yang secara zahir berpenampilan rapih, bersih, menarik, perlente, dengan gaya dan isi pembicaraan yang memukau seolah ingin menggambarkan tingginya kemampuan intelektual mereka dan keberpihakan kepada kebenaran dan keadilan. Padahal, kondisi sebenarnya adalah mereka membenci dan memusuhi tegaknya kebenaran dan keadilan dalam kehidupan bahkan sekedar untuk dirinya sendiri. Orang-orang seperti itulah yang kemudian populer disebut politisi busuk dan birokrat minus moralitas.
Allahu Akbar 3 x
Ma’asyiral Muslimin Rahimakullah,
Spirit keikhlasan berkurban Ibrahim dan ketulusan Ismail hendaknya menjalar deras dalam nadi bangsa ini, terutama para peminpinnya. Para peminpin yang yang mampu menguburkan kepentingan pribadinya demi kepentingan bangsanya sebagai refleksi ketaatan pada Allah Rabb-Nya. Para peminpin yang melumat leburkan egosentrisme demi maslahat ummat dan bangsanya. Para peminpin yang senantiasa menjadi pionir keadilan demi kesejahteraaan rakyatnya. Para peminpin yang dalam darahnya mengalir semangat berkurban dan bukan mengorbankan orang lain demi kepentingannya.
Namun pertanyaan yang muncul kadang kala bernada sinisme dan pesimisme. Masih tersisakah peminpin jujur di negeri ini? Masih adakah peminpin yang berpikir ikhlas demi kepentingan rakyat, bangsa dan ummatnya? Masih adakah sosok yang bermakmum di belakang keikhlasan Nabi Ibrahim dan ketulusan Nabi Ismail?
Pertanyaan itu muncul karena pada alam nyata kita memang disuguhi menu busuk ketidak jujuran. Sajian sehari-hari kita adalah intrik yang memuakkan. Kedustaan, kebohongan, bahkan pembodohan yang kadang kala di luar akal sehat manusia normal.
Bangsa ini larut dalam penodaaan dan penistaan hukum, terjerembab dalam kompleksitas kepentingan pendek yang seakan tidak bertepi. Dan bangsa ini diombang-ambingkan dalam gelombang ketidak pastian yang pasti : Memuakkan.
Idealisme kita tekubur dalam-dalam. Moralitas kita dibusukkan dengan sistemis. Harga diri kita dipasung dan dijual belikan dengan harga murahan. Kita bahkan sering kali siap untuk menjadi tumbal dan bukan orang yang berkurban. Semangat kita semangat mengorbankan, dikorbankan dan bukan berkurban. Ironis.
Kita diajarkan untuk menjadi pendusta yang terstruktur dengan manajemen kedustaan yang demikian rapi. Padahal Rasulullah pernah mengingatkan :
”Hati-hati dengan dusta, sebab dusta akan membawa pada perbuatan dosa, dan perbuatan dosa akan menyeret ke naraka. Seseorang berulang kali berdusta hingga terbentuk sifat dan dituliskan sebagai pendusta” (Riwayat Muslim)
Allahu Akbar 3X
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kita mengalami krisis berlapis. Kejujuran kita yang menipis, kedustaan kita yang terus menggunung. Ketidakadilan meraja lela, korupsi tidak terkira, pemiskinan semakin nyata.
Itu semua karena spirit berkurban, spirit menolong sesama terhapus dari kamus dan ensiklopesi kita semua.
Maka di hari yang berbahagia ini kita hendaknya berniat dengan ikhlas unytuk meneladani dengan setia keteladanan Nabi kita Ibrahim. Agar bangsa ini tidak tersungkur berlama-lama dan kita bisa berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Hanya dengan pengorbanan yang ikhlas, dengan berorientasi akhirat dan keimanan yang mantap negeri ini akan menjelma menjadi negeri baldatun thayyibatun wa rabbun ghafuur.
Untuk itu, marilah kita tutup khutbah Ied kita pada hari ini dengan sama-sama berdo’a:
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ
.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ
.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat, mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab neraka.ربنا تقبل منا إنك أنت السميع العليم و تب علينا إنك أنت التواب الرحيم سبحان ربك رب العزة عما يصفون و سلام على المرسلين . والحمد لله رب العالمين
Belum ada tanggapan untuk "MENAPAK TILAS KETELADANAN NABI IBRAHIM AS"
Posting Komentar