Inspirasi Terbaru :
Loading...
  |

TAFSIR SURAT AL BAQOROH 1 DAN 2

Ayat 1 dan 2

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

الٓمٓ ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ

Alif laam miim. Kitab (Al Quran) itu tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Surat Al baqoroh turun setelah hijrah, karenanya dinamakan surat madaniyah, setiapa surat yang turun setelah hijrah disebut madaniyah, sedangkan yang turun sebelum hijrah disebut makiyah. Inilah pendapat yang shohih. Karena Ibrah (patokan menentukan hukum) yang digunakan dalam penetapan madaniyah dan makiyah adalah waktu (fase) bukan tempat.

Kebanyakan surat madaniyah memiliki penjelasan yang lebih detail, terperinci jika dibandingkan dengan surat makiyah. Dimana penjelasan yang dimaksud adalah dalam masalah furu’ (cabang) bukan masalah ushul (prinsip. Surat madaniyah juga sedikit jumlah ayat yang mengandung ancaman dan hukuman, sebab yang menjadi objek pembicaranya adalah orang-orang yang sudah beriman, bertauhid dan menegakkan prinsip-prinsip agama dengan baik. Maka tinggal membutuhkan penjelasan seputar furiyah dalam agama. Surat madaniyah umumnya juga memiliki ayat yang panjang-panjang dibandingkan surat makiyah.

Tafsir

Ayat (1) Kata الٓمٓ adalah huruf hijaiyah, terdiri dari tiga huruf yaitu : aliif, laam, miim, diamana cara membacanya bukan berdasarkan tulisan, misalnya : alam, akan tetapi berdasarkan nama huruf yaiti : alif, laam, miim

Penjelasan Tentang huruf hijaiyah -seperti yang terdapat dalam ayat pertama surat Al baqoroh-, terdapat ikhtilaf dikalangan ulama, mungkin disini cukup diambil empat pendapat saja.

Pendapat pertama : pendapat ulama yang mengatkan bahwa huruf hijaiyah tersebut memiliki makna atau arti, pemilik pendapat ini berbeda pendapat dalam menentukan makna apa yang dikandungnya, apakah itu merupakan Nama Alloh, ataukah nama surat, atau isyarat akan panjangnya usia ummat manusia, dan seterusnya.

Pendapat kedua : bahwa huruf hijaiyah tersebut tidak memiliki makna secara mutlak

Pendapat ketiga : bahwa huruf tersebut memilki makna akan tetapi hanya Alloh yang tahu, kita hanya meyakini bahwa ada maknanya, akan tetapi Alloh saja yang tahu, dengan argumen bahwa tidak mungkin ayat Al Qur’an diturunkan tanpa makna

Pendapat keempat : attawaquf yaitu tidak mengurangi ataupun menambahi bacaannya, dan soal apakah ada makna atu tidak kita serahkan kepada Alloh hanya Alloh yang tahu, bilapun ada makna kita tidak tahu apa maknanya.

Dari keempat pendapat diatas pendapat yang shohih adalah yang kedua, yaitu pendapat yang mengatakan bahwa huruf tersebut tidak mengandung makna secara mutlak. Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Mujahid. Hujah atau argumentasi pendapat ini bahwa : Al Qur’an diturunkan dengan bahasa arab, dan huruf-huruf tersebut tidak memiliki makna dalam bahasa arab. Seperti halnya ketika mengucapkan : alif, ba, taa, tsaa, jiim dan seterusnya. Begitu juga huruf hijaiyah lainnya.

Adapun soal kenapa Alloh memilih huruf-huruf tersebut bukan yang lain serta dengan penyusunan yang seperti itu, maka bukan wilayah kita untuk mengilmuinya. Ini berdasarkan pada zat huruf itu sendiri, adapun hikmah yang terkandung didalamnya ini seperti pendapat yang mengatakan bahwa huruf itu memiliki makna, dan sebagimana huruf-huruf lainnya dalam Al Qur’an.

Soal beragamnya pendapat ulama tentang hal itu, sebagaimana yang disebutkan diatas, maka lebih kepada hikmah yang tersirat. Hal ini sebagaimana yang pilih oleh Ibnul Qoyyim, Syaikhul islam Ibnu Taimiyah dan muridnya Adz Zahabi, serta kebanyakan ulama, bahwa ini merupakan bagian dari kemukjizatan Al Qur’an, bahwa Al Qur’an ini turun bukan dari ucapan atau perkataan manusia, sekalipun tersususn dari huruf-huruf yang manusia biasa mengucapkannya, namun demikian manusia tidak mampu meniru dan membuat yang serupa dengannya.

Dan disinilah bukti nyata kemukjizatan Al Qur’an, sekiranya Al Qur’an turun dengan selain bahsa yang biasa manusia menggunakannya, maka kemukjizatannya tidak begitu mengena. Namun Al Qur’an turun dengan huruf yang sama dengan apa yang biasa manusia gunakan, pun demikian manusia lemah untuk memahami apalgi membuat tandingannya. Hikmahnya adalah inilah diantar kemukjizatan Al Qur’an yang ingin diperlihatkan dengan menggunakan ungkapan yang paling tinggi nilai sastranya. Diantara hal yang menguatkan atas anggapan ini adalah tidaklah sebuah surat yang dibuka dengan huruf-huruf tersebut melainkan akan disebutkan juga kata Al qur’an. kecuali sedikit saja surat-surat saja yang tidak menyebutkannya secara eksplisit namun secara implisit juga menyebutkanya melalui penyebutan karakteristik Al Qur’an.

Demikian pendapat yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh, dan sebagian besar ulama, bahwa hikmah dibalik penulisan huruf hijaiyah pada awal surat adalah bukti kemukjizatan Al Qur’an dengan bentuk yang sangat nyata, dimana Al Qur’an datang bukan dengan bahasa yang asing, namun demikian pakar bahasa sekalipun tidak mampu membuat yang semisal dengannya.

Ada juga pendapat lain bahwa hikmah dibalik penulisan huruf hijaiyah pada awal surat adalah untuk menggairahkan pendengarnya, maka ketika membaca الم seolah Alloh menyuruh kita : Diamlah! Dan apalagi untuk orang-orang musyrik, sehingga mereka diam. Namun pendapat ini masih memerlukan koreksi, sebab sekiranya ini alasannya tentu saja setiap surat akan didahului dengan huruf-huruf tersebut. Namun faktanya justeru sebagian besar surat Al Qur’an tidak demikian, yaitu tidak didahului huruf-huruf hijaiyah. Dan juga sekiranya alasannya untuk menggairahkan pendengarnya tentu tidak terdapat pada surat-surat madaniyah, semisal surat Al baqarah ini, sebab pada fase madaniy tingkat keimanan terhadap al qur’an sudah kokoh sehingga tidak perlu metode ini.

Ayat (2) kata : (ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ) ذا adalah isim isyarah dan “laam” untuk menunjukan sesuatu yang jauh, sebab dalam bahasa arab jika sebuah obyek yang ditunjuk itu jauh maka huruf yang digunakan adalah huruf “laam” yang disebut dengan istilah “al laamul bu’d” adapun huruf “kaaf” adalah untuk khitob (menunjuk lawan bicara). Dan khitob yang terdapat dalam ayat ini berlaku untuk setiap orang, maka artinya : kitab AL Qur’an itu wahai sekalian manusia…

Adapun yang dimaksud dengan “Al kitaab” adalah AL Qur’an yang tertulis disisi Alloh ta’alaa.

Kaimat : (لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًى لِّلْمُتَّقِينَ) tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

Taqwa artinya adalah : Upaya mencari pelindung dari azab Alloh dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan.

Faidah Ayat :

1. Penjelasan tentang agungnya Al Qur’an, hal ini berdasarkan firman Alloh ذَٰلِكَ sebab kata tunjuk jauh berfungsi untuk menunjukan seseuatu yang kedudukannya tinggi,

2. Penjelasan tentang kemuliaan Al Qur’an bahwa Al Qur’an itu tertulis dan terjaga, penjelasan tentang makna “maktub” adalah al Qur’an tertulis pada tiga tempat : pertama pada lauhil mahfuzh, kedua pada genggaman para malaikat, ketiga pada manusia.

3. Al Qur’an betul-betul diturunkan dari sisi Alloh subhanahu wata’alaa, sehingga tidak ada keraguan didalamnya.

4. Bahwa yang bisa mengambil petunjuk dengan Al Qur’an adalah orang-orang yang bertaqwa, semakin kuat ketaqwaanya kepada Alloh maka semakin kuat pengaruh hidayah Al Qur’an bagi dirinya. Sebab disini kata “Hudan” petunjuk dikaitkan dengan sebuah sifat yaitu taqwa, sementara kaidah menjelaskan apabila sebuah hukum dikaitkan dengan sebuah sifat maka kekuatan hokum itu tergantung pada kuatnya sifat.

5. Keutamaan taqwa, bahwa ia merupakan sumber hidayah, adapun hidayah al qur’an mencakup hidayah ilmu dan hidayah amal, yaitu hidayah petunjuk dan hidayah taufiq.

Wallohu ‘alam bishowab





Materi ini merupakan kajian tafsir yang diselenggarakan oleh Griya Tahfizhul Qur’an Al Husainiy setiap malam jum’at, dengan referensi Kitab Tafsir karya Syaikh Muhammad Ibnu Sholih Al ‘Utsaimin.




Baca Juga Artikel ini:

Belum ada tanggapan untuk "TAFSIR SURAT AL BAQOROH 1 DAN 2"

Posting Komentar